REFLEKSI PENGALAMAN JAMBORE
NASIONAL SEKAMI 2018
PONTIANAK, 3 – 6 JULI 2018
KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK
(Part 3)
Kamis, 5
Juli 2018
Hari ini kembali diawali dengan misa
pagi di Gereja Katedral. Keluarga kami lebih cepat siap pada hari ini. Setelah itu
kami kembali ke dalam keluarga untuk sarapan dan bersiap mengikuti Dialog
Sukacita di Kampung Nazaret. Sebelum menuju lokasi Dialog, kami dibekali dengan
kantong plastik besar untuk menyimpan sepatu/sendal karena nantinya kami akan
duduk melantai. Kantong plastik ini juga nantinya bisa digunakan sebagai
kantong baju kotor.
Dialog Sukacita dilaksanakan di area
aula terbuka SD Susteran tempat Kampung Nazaret berlokasi. Semua peserta wajib
membuka alas kaki dan menyimpannya di dalam kantong plastik yang sudah disiapkan.
Dialog Sukacita menghadirkan 3 orang Bapa Uskup yang mengsharingkan panggilan
hidup mereka dan bagaimana mereka menghadapi kebhinekaan dalam perjalanan hidup
dan tugas mereka. Bapa Uskup yang berdialog bersama para peserta adalah Uskup
Keuskupan Agung Pontianak – Mgr. Agustinus Agus, Uskup Keuskupan Ketapang –
Mgr. Pius Riana Prapdi dan Uskup
Keuskupan Agung Palembang – Mgr. Aloysius Sudarso.
Sharing dari ketiga Bapa Uskup ini
sangat baik dan menginspirasi. Dengan diselingi lagu serta gerak animasi, semua
dapat menikmatinya, meski tidak dapat dipungkiri ada beberapa peserta yang
akhirnya tertidur dan malah ribut sendiri. Tetapi lepas dari semua hal
tersebut, dialog ini mampu menarik beberapa anak sekami yang mewakili regionya
maisng-masing untuk bertanya kepada Bapa Uskup. Bahkan banyak
pertanyaan-pertanyaan bagus yang terlontar dari mereka. Interaksi yang
diharapkan antara Bapa Uskup dan para peserta sungguh dapat terlaksana dengan
baik. Selain itu, kesempatan ini dipergunakan dengan sangat baik oleh para
peserta untuk saling bertukar kontak melalui buku kerja berwarna kuning yang
telah dibagikan sebelumnya oleh panitia.
Setelah dialog berakhir, semua
kembali ke dalam keluarga di kampung masing-masing untuk menikmati snack dan
merefleksikan hasil dialog sukacita bersama Bapa Uskup. Hasil refleksi tersebut
dituliskan dalam buku kerja berwarna kuning.
Refleksi diakhiri dengan makan siang bersama. Setelah makan siang,
inilah saat yang dinantikan oleh semua peserta, yaitu saat ketika HP dibagikan.
Tujuan HP dibagikan adalah agar semua peserta dapat membagikan hasil sharing
misioner tersebut dalam bentuk foto, animasi, video, foto, meme atau status
yang nantinya anak diunggah di media sosial masing-masing dengan mencantumkan
#JAMNASSEKAMI2018.
Sangat disayangkan bahwa pada
kesempatan ini saya tidak bisa bergabung bersama keluarga untuk membuat video
sharing misioner karena harus mengurus persiapan Pentas Seni Regio MAM. Bersama
Kak Mery dari Amboina, kami berkoordinasi dengan rekan dari Manado untuk mengatur
penampilan Regio MAM di Pentas Seni II.
Seluruh kontingen Makassar yang
mengambil bagian sebagai penari pada Pentas Seni mewakili Regio MAM berkumpul
bersama dan saling membantu mempersiapkan diri. Karena kami tidak dapat kembali
makan malam bersama para keluarga, akhirnya kami pun makan malam ala kadarnya bersama
di kantin sekolah. Persiapan harus segera selesai sebelum Pkl. 20.00 WIB,
sehingga semuanya harus dikerjakan dengan cepat. Kami pun mengadakah latihan
bersama secara singkat dengan urutan tampilan tarian dari Keuskupan Manado,
disusul oleh tarian dari Keuskupan Amboina dan ditutup dengan tarian dari
Keuskupan Agung Makassar. Dipenghujung latihan bersama tersebut, tak lupa kami
pun berfoto bersama untuk saling menguatkan dan menyemangati.
Regio MAM tampil pada urutan ke dua
di malam Pentas Seni II. Semua berjalan dengan baik dan lancar. Setelah
persembahan tarian, diberikan kenang-kenangan dari tiap Keuskupan kepada Dirnas
KKI, Uskup Keuskupan Agung Pontianak dan Panita JAMNAS. Akhir dari persembahan
Regio MAM ditutup dengan menyanyikan bersama lagu “Angkat Jempolnya”, lagu yang
digemakan pada Jambore Sekami Regio MAM II di Manado.
Setelah penampilan tersebut, setiap
anggota kontingen berganti baju dan bersiap-siap untuk mengikuti acara Lilin Kasih
yang akan diadakan di Gereja Katedral. Peserta yang berkumpul di panggung utama
berjalan menuju ke Gereja Katedral setelah Pentas Seni berakhir. Di dalam
Gereja, suasana dijaga hening dan penuh syahdu, dengan lilin yang bernyala di tangga
altar dengan susunan membentuk kata “Indonesia”. Peserta hanyut dalam suasana
hening dan renungan. Dengan memegang lilin yang bernyala, semua diajak untuk
merenungkan hari-hari yang telah dijalani bersama selam Jamnas. Pada
permenungan ini banyak diantara peserta yang tertidur tapi tidak sedikit yang
menangis sedih. Semua mengisyaratkan bahwa kegiatan ini sungguh sangat berkesan
dan kini semuanya akan segera berakhir.
Renungan Lilin Kasih menutup semua
rangkaian acara pada hari tersebut. Semua peserta kembali kepada keluarga
masing-masing untuk beristirahat malam.
###
Bersambung ke part (4)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar