Total Tayangan Halaman

Kamis, 13 Desember 2018

Sharing Pengalaman Jambore Nasional Sekami 2018 (3)


REFLEKSI PENGALAMAN JAMBORE NASIONAL SEKAMI 2018
PONTIANAK, 3 – 6 JULI 2018
KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK
(Part 3)



Kamis, 5 Juli 2018
Hari ini kembali diawali dengan misa pagi di Gereja Katedral. Keluarga kami lebih cepat siap pada hari ini. Setelah itu kami kembali ke dalam keluarga untuk sarapan dan bersiap mengikuti Dialog Sukacita di Kampung Nazaret. Sebelum menuju lokasi Dialog, kami dibekali dengan kantong plastik besar untuk menyimpan sepatu/sendal karena nantinya kami akan duduk melantai. Kantong plastik ini juga nantinya bisa digunakan sebagai kantong baju kotor.

Dialog Sukacita dilaksanakan di area aula terbuka SD Susteran tempat Kampung Nazaret berlokasi. Semua peserta wajib membuka alas kaki dan menyimpannya di dalam kantong plastik yang sudah disiapkan. Dialog Sukacita menghadirkan 3 orang Bapa Uskup yang mengsharingkan panggilan hidup mereka dan bagaimana mereka menghadapi kebhinekaan dalam perjalanan hidup dan tugas mereka. Bapa Uskup yang berdialog bersama para peserta adalah Uskup Keuskupan Agung Pontianak – Mgr. Agustinus Agus, Uskup Keuskupan Ketapang – Mgr. Pius  Riana Prapdi dan Uskup Keuskupan Agung Palembang – Mgr. Aloysius Sudarso.






Sharing dari ketiga Bapa Uskup ini sangat baik dan menginspirasi. Dengan diselingi lagu serta gerak animasi, semua dapat menikmatinya, meski tidak dapat dipungkiri ada beberapa peserta yang akhirnya tertidur dan malah ribut sendiri. Tetapi lepas dari semua hal tersebut, dialog ini mampu menarik beberapa anak sekami yang mewakili regionya maisng-masing untuk bertanya kepada Bapa Uskup. Bahkan banyak pertanyaan-pertanyaan bagus yang terlontar dari mereka. Interaksi yang diharapkan antara Bapa Uskup dan para peserta sungguh dapat terlaksana dengan baik. Selain itu, kesempatan ini dipergunakan dengan sangat baik oleh para peserta untuk saling bertukar kontak melalui buku kerja berwarna kuning yang telah dibagikan sebelumnya oleh panitia.










Setelah dialog berakhir, semua kembali ke dalam keluarga di kampung masing-masing untuk menikmati snack dan merefleksikan hasil dialog sukacita bersama Bapa Uskup. Hasil refleksi tersebut dituliskan dalam buku kerja berwarna kuning.  Refleksi diakhiri dengan makan siang bersama. Setelah makan siang, inilah saat yang dinantikan oleh semua peserta, yaitu saat ketika HP dibagikan. Tujuan HP dibagikan adalah agar semua peserta dapat membagikan hasil sharing misioner tersebut dalam bentuk foto, animasi, video, foto, meme atau status yang nantinya anak diunggah di media sosial masing-masing dengan mencantumkan #JAMNASSEKAMI2018.

Sangat disayangkan bahwa pada kesempatan ini saya tidak bisa bergabung bersama keluarga untuk membuat video sharing misioner karena harus mengurus persiapan Pentas Seni Regio MAM. Bersama Kak Mery dari Amboina, kami berkoordinasi dengan rekan dari Manado untuk mengatur penampilan Regio MAM di Pentas Seni II.

Seluruh kontingen Makassar yang mengambil bagian sebagai penari pada Pentas Seni mewakili Regio MAM berkumpul bersama dan saling membantu mempersiapkan diri. Karena kami tidak dapat kembali makan malam bersama para keluarga, akhirnya kami pun makan malam ala kadarnya bersama di kantin sekolah. Persiapan harus segera selesai sebelum Pkl. 20.00 WIB, sehingga semuanya harus dikerjakan dengan cepat. Kami pun mengadakah latihan bersama secara singkat dengan urutan tampilan tarian dari Keuskupan Manado, disusul oleh tarian dari Keuskupan Amboina dan ditutup dengan tarian dari Keuskupan Agung Makassar. Dipenghujung latihan bersama tersebut, tak lupa kami pun berfoto bersama untuk saling menguatkan dan menyemangati.











Regio MAM tampil pada urutan ke dua di malam Pentas Seni II. Semua berjalan dengan baik dan lancar. Setelah persembahan tarian, diberikan kenang-kenangan dari tiap Keuskupan kepada Dirnas KKI, Uskup Keuskupan Agung Pontianak dan Panita JAMNAS. Akhir dari persembahan Regio MAM ditutup dengan menyanyikan bersama lagu “Angkat Jempolnya”, lagu yang digemakan pada Jambore Sekami Regio MAM II di Manado.






Setelah penampilan tersebut, setiap anggota kontingen berganti baju dan bersiap-siap untuk mengikuti acara Lilin Kasih yang akan diadakan di Gereja Katedral. Peserta yang berkumpul di panggung utama berjalan menuju ke Gereja Katedral setelah Pentas Seni berakhir. Di dalam Gereja, suasana dijaga hening dan penuh syahdu, dengan lilin yang bernyala di tangga altar dengan susunan membentuk kata “Indonesia”. Peserta hanyut dalam suasana hening dan renungan. Dengan memegang lilin yang bernyala, semua diajak untuk merenungkan hari-hari yang telah dijalani bersama selam Jamnas. Pada permenungan ini banyak diantara peserta yang tertidur tapi tidak sedikit yang menangis sedih. Semua mengisyaratkan bahwa kegiatan ini sungguh sangat berkesan dan kini semuanya akan segera berakhir.





Renungan Lilin Kasih menutup semua rangkaian acara pada hari tersebut. Semua peserta kembali kepada keluarga masing-masing untuk beristirahat malam.

###
Bersambung ke part (4)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar