REFLEKSI PENGALAMAN JAMBORE
NASIONAL SEKAMI 2018
PONTIANAK, 3 – 6 JULI 2018
KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK
(Part 2)
Rabu, 4 Juli
2018
Peserta mulai ada yang bangun pagi
sekitar Pkl. 04.00, termasuk saya, untuk menjamin bahwa tidak ada keterlambatan
mandi dan masih adanya ketersediaan air. Pkl. 06.00 diadakan misa pagi bersama
untuk masing-masing kampung, di lokasi yang berbeda-beda. Salah satu keuntungan
tinggal di kampung Betlehem adalah kami selalu merayakan misa pagi di Gereja
Katedral, karena lokasi kampung kami berada di bagian belakang Gereja Katedral.
Seusai misa pagi, kami kembali di dalam keluarga dan memulai sarapan pagi
bersama, dan sekali lagi, saya diminta untuk membaca 7 permenungan dan ditunjuk
menjadi petugas piket cuci piring bersama 2 anggota keluarga yang lain.
Pada hari ini, semua peserta akan
mengikuti acara yang berbentuk Edukasi Misioner. Para pendamping (animator/animatris)
akan mengikuti edukasi yang berbeda dengan para sekami remaja. Para animator
berkumpul di Gedung Pasifikus untuk menerima materi “Identitas Gereja Misioner”
yang dibawakan oleh Romo Nur Widi – Dirnas KKI. Beliau memberikan gambaran
perkembangan Gereja misi di Indonesia, di Asia dan di Dunia, serta bagaimana
caranya agar kita semua bersama anak-anak sekami dapat mengambil peran aktif
dalam pengembangan misi gereja sesuai dengan gerakan “Children Helping
Children” dan 2D2K. Partisipasi dari semuanya juga tetap harus memperhatikan
keanekaragaman yang ada di Indonesia, dan anak-anak Sekami perlu diajar untuk
mengenal keanekaragaman itu sejak dini agar kedepannya sungguh bisa menjadi
misionaris-misionaris yang diharapkan.
Setelah menerima materi dari Romo
Nur Widi yang diselingi dengan animasi gerak lagu, para animator kembali ke
keluarga masing-masing untuk snack selama 30 menit dan kembali lagi berkumpul di
Gereja Katedral untuk “Realisasi Formasi Misioner” bersama Kak Ratna
Tjandrasari – Dirdios Keuskupan Surabaya.
Pada sesi yang dibawakan oleh Kak
Ratna, para animator duduk bersama dalam 1 keuskupan dan saling berdekatan
dengan Regio masing-masing. Kami semua diminta untuk membuat bahan pendampingan
sekami remaja berdasarkan materi yang telah dibawakan oleh Romo Nur Widi
sebelumnya. Tema garis besarnya adalah bagaimana membawa Kebhinekaan di dalam
materi pendampingan sekami Remaja.
Dalam lingkup Keuskupan Agung
Makassar, saya memperkenalkan permainan Bingo Card yang mengambil tema “Biar
Beda Tetap Bersahabat” dengan pedoman bacaan dari 1 Kor 12 : 12 -26 “Banyak
Anggota, tetapi Satu Tubuh”. Panduan bacaan ini bertujuan untuk mengenalkan
kepada anak-anak sekami Remaja bahwa meskipun kita berbeda-beda, tetapi kita
adalah anak Indonesia, kita harus bisa menghargai dan menghormati segala bentuk
perbedaan yang ada di sekitar kita seperti perbedaan agama, tingkat ekonomi,
suku dan budaya.
Setelah pemaparan tingkat Keuskupan,
kami dikumpulkan dalam tingkat Regio dan berdiskusi untuk memutuskan materi apa
yang akan dipaparkan pada saat persentasi mewakili Regio MAM. Setelah
memaparkan hasil masing-masing dari tingkat Keuskupan, maka diputuskan bahwa
materi dari Keuskupan Amboina dan Keuskupan Agung Makassar akan digabungkan dan
dibawakan oleh Ibu Juliana dari Ambon untuk materi serta penjelasannya dan saya
sendiri pada penjelasan aktivitas yang akan dilakukan.
Materi presentasi dibawakan setelah kami
makan siang di keluarga masing-masing. Setiap Regio diberikan kesempatan 5
menit untuk memaparkan hasil diskusinya. Setelah semua regio memaparkan hasil
diskusinya, kami kemudian bersiap-siap untuk mendekor stand KKI KAMS dengan
bahan-bahan kreativitas atau kegiatan yang dilakukan dalam lingkup KAMS. Para
animator dari KAMS melakukan partisipasi aktif dengan mempersiapkan stand KKI
KAMS sebaik-baiknya, meskipun sepertinya belum memberikan hasil yang maksimal
dibandingkan dengan stand-stand dari Keuskupan lainnya. Hal ini dapat menjadi
pembelajaran di kesempatan berikutnya agar semakin banyak aspek lokal dan kreativitas
serta kegiatan dalam lingkup KKI KAMS yang bisa ditampilkan.
Bersamaan dengan pelaksanaan pameran
di lantai 1 Gedung Bina Remaja, di lantai 2 Gedung Bina Remaja dilanjutkan sesi
bagi para animator dengan mengangkat tema “Berbagi Kreativitas” bersama Kak
Ratna Tjandrasari. Beberapa keuskupan diberikan kesempatan untuk membagikan
hasil karya yang telah dilakukan di dalam tingkat Keuskupannya masing-amsing.
Ada yang menampilkan modul pendampingan, berbagai kreativitas, promosi DVD
gerak lagu, pemaparan kegiatan, serta film animasinya. Hal ini menunjukkan
bahwa para animator/animatris dari seluruh keuskupan memiliki kreativitas yang
luar biasa dalam pengembangan materi pendampingan di keuskupannya
maisng-masing, sesuai dengan corak dan warna serta kondisi dari setiap
keuskupan. Hal-hal lebih spesifik dapat dilihat dan ditanyakan lebih lanjut
pada pameran yang berlangsung di lantai 1.
Setelah makan malam, diadakan Pentas
Seni I yang menampilkan 11 penampilan dari Keuskupan/Regio yang berbeda-beda.
Penampilan pentas seni yang pertama ini sudah memperlihatkan kayanya budaya
Indonesia. Kontingen KAMS saling mencari satu sama lain dan kami pun berkumpul
di area belakang untuk bersama-sama menyaksikan acara tersebut. Kesempatan ini
kami gunakan untuk saling mengecek kondisi masing-masing dan saling
menyemangati. Puji Tuhan, semua berada dalam kondisi yang baik. Semua larut
dalam kegembiraan dan semangat Jamnas.
Pentas seni ditutup dengan doa malam
bersama dan semua kembali untuk beristirahat di dalam keluarga masing-masing,
dengan menggunakan pengaturan yang sama pada hari sebelumnya.
###
Bersambung ke Part 3.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar