Total Tayangan Halaman

Senin, 31 Desember 2018

KILAS BALIK : FEBRUARI 2018 - Part 3

Februari 2018 (Part 3)

Pertemuan Tim KKI Regio MAM - Ambon
23 - 25 Februari 2018

Mengikuti pertemuan ini adalah sebuah anugerah dan kesempatan yang luar biasa. Menjadi tidak biasa, karena ini ditawarkan kepadaku karena saya berencana ikut dalam JAMNAS SEKAMI di Pontianak pada Juli 2018 dan juga mungkin karena tidak ada pengurus yang lain, yang bisa menghadirinya.
Yap... kuanggap ini sebagai salah satu kado Luar biasa lagi untuk bulan Februari ini.. karena saya sendiri belum pernah mengunjungi Ambon ^^

Menuju Ambon stelah menyelesaikan pekerjaan di Sekolah, kami (saya dan Dirdios KKI KAMS) bertemu dengan Tim KKI dari Manado di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar (Sr. Jeannete dan Kak Rivi). Bersama-sama kami berangkat menuju Ambon.
Perjalanan berlangsung baik di tengah cuaca yang cerah. Dan pemandangan ketika akan mendarat di Ambon itulah yang membuatku terpana. Sungguh cantik dengan hijaunya pepohonan dan bandar udara yang terletak berdekatan dengan bibir pantai. Kombinasi yang WOW.

Kami dijemput oleh Dirdios KKI Ambon dan timnya di Bandara Internasional Pattimura, Ambon, melintasi jalanan kota Ambon dan melihat Jembatan Merah Putih kebanggaan Ambon. Cerita yang saya ingat dari Papa dan adik saya yang pernah bertugas Ambon, serasa muncul di depan saya. Cantik dan menawan. Ambon, The City of Music.

Pertemuan ini diadakan di Gereja Katedral Ambon, dan baru kali ini saya masuk kawasan dan melihat Gereja yang betul-betul dikatakan sebagai Gereja Katedral. Sesaat setelah tiba, kami langsung mengikuti Ibadah Jalan Salib, dan disitu sekali lagi saya terpana dengan struktur dan bangunan Gereja tersebut. Gereja Sto. Fransiskus Xaverius... sungguh menawan. 



Saya bertemu kembali dengan Kk Yetti dan Kk Mery, dua orang pendamping Sekami yang telah bersama-sama dengan saya mengikuti beberapa kegiatan tingkat Regio MAM. Terakhir kali kami bertemu di JAMBORE Sekami Regio MAM di Manado, Juli 2017. Juga bertemu dengan Kak Heidi, seorang pendamping yang bertemu pada saat Lokakarya Pendamping Sekami di Toraja tahun 2016.
Bertemu dengan mereka membuat suasana hati ini semakin nyaman karena sebelumnya saya bahkan tidak diberikan info di mana pertemuan akan dilakukan dan siapa saja yang akan hadir. Jadi untuk saat ini... aman.....

Pertemuan berjalan di salah satu ruang aula di Pastoran, dan dihadiri pula oleh pendamping-pendamping sekami dari paroki-paroki yang ada di Ambon. Pemaparan kegiatan dilakukan oleh masing-masing Dirdios dan dilanjutkan dengan sesi Sharing.
Selain itu dibicarakan pula persiapan Regio MAM untuk JAMNAS Pontianak. Pentas seni adalah salah satu agenda yang perlu dibicarakan dan dipersiapkan karena akan menggabungkan 3 budaya dari Manado, Ambon dan Makassar. 
Pada kesempatan inilah saya bertanya banyak untuk memperoleh gambaran bagi kegiatan JAMNAS nanti, agar tidak terjadi kesalahpahaman dan semuanya dapat dipersiapkan dengan baik. Pertemuan selanjutnya diadakan esok harinya.




Hari ke-2 dimulai dengan mengikuti misa pagi di Katedral. Bertempat di area Kapel kecil di dalam Katedral, misa harian dimulai. Suasananya sungguh sangat hikmat dan damai. Setelah misa selesai, saya mencoba berkeliling di sekitaran area Katedral, melihat kisah perjalanan Misi Sto. Fransiskus Asisi di tanah Ambon. Setelahnya, bersiap untuk mengikuti pertemuan.









Pertemuan hari ke-2 lebih membahas hal-hal umum dan beberapa kegiatan berikutnya dalam tingkat Regio MAM. Makan siangnya adalah makanan khas, Papeda.... terus terang saya kesulitan memakannya, tapi itu juga sebuah pengalaman yang menarik. Setelah makan siang, kami dibawa untuk mengunjungi beberapa tempat wisata.

Tujuan kami adalah Gua Maria Airlouw dan pantai Pintu Kota.
Gua Marianya sangat cantik dan indah. Masih dalam tahap pengembangan, tapi suasananya sungguh amat nyaman. Di atas tebing yang langsung menghadap lautan lepas, pemandangannya sungguh WOW.





Dari Gua Maria, kami menuju Pantai Pintu Kota, pantai yang menyajikan pemandangan unik. Kami bisa menjelajah batuan-batuan yang ada di pantai, menikmati air kelapa dan pisang goreng. Ditemani angin sepoi-sepoi, kami menikmati pantai yang tidak terlalu ramai dikunjungi pengunjung pada saat itu. 
Dalam perjalanan pulang, kami juga berhenti di pinggiran pantai yang terbentang di jalan pulang. Itu saja pemandangannya sudah WOW. Pantainya kece badai ^^






Kami juga menyempatkan singgah di Gedung Catholic Centre yang ada di dalam lingkungan salah satu paroki. Gedungnya bagus dan dapat digunakan untuk berbagai kegiatan keagamaan Katolik dan bahkan untuk kegiatan lintas agama.




Pada perjalanan ini saya belajar banyak sejarah dari kerusuhan Ambon, bagaimana dampaknya dalam kehidupan bermasyarakat, bagaimana upaya semua pihak untuk mengembalikan keadaan Ambon yang damai dan banyak hal. Begitu mahal harga yang harus dibayar oleh masyarakat Ambon akibat kerusuhan tersebut. Keharmonisan dalam keBhinekaan adalah pengikat yang harus selalu ada, tidak hanya di Ambon, tetapi di semua wilayah Indonesia yang kaya akan budaya, suku , agama dan ras.


Malam itu, kami diundang makan bersama di Wisma Keuskupan Ambon. Saya boleh mengenal para Pastor, Frater dan diberikan penjelasan wilayah pelayanan Keuskupan Amboina yang luas dan ditantang oleh banyaknya Kepulauan. Sungguh pengalaman yang menyenangkan dan menambah wawasan ketika berada di wisma Keuskupan.

Hari terakhir di Ambon dibuka dengan menghadiri Misa Minggu di Gereja Katedral. Di sini saya boleh bertemu dengan adik sekami yang dulu menjadi bagian dari kelompok saya sewaktu JAMBORE Sekami di Manado. Ia yang lebih dulu menyapa saya ^^





Setelah misa, kami masih diajak berwisata ke Wisata Rumah Pohon Waai. Terletak di daerah yang bergunung, banyak spot foto di tempat ini. Masih dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat sekitar, pemandangan di sini sungguh sanagat menyejukkan mata... hijau dan angin gunung. Lengkap.





Kami juga sempat singgah untuk melihat Belut Keramat Raksasa di Morea. Belut ini hanya keluar jika dipanggil oleh pawangnya dan makanannya telur mentah. Jadi jika kita ingin melihat belutnya, jangan lupa untuk membeli telur mentah. Belut hidup berdampingan dengan warga dalam kolam dan kanal yang ada di wilayah penduduk tersebut. Sungguh pemandangan yang unik dan menarik.

Setelah puas berfoto, kami menuju spot makan siang yang searah dengan tujuan Rujak Natsepa. Menikmati makan siang di daerah pinggir laut, saya bisa melihat ikan-ikan laut berenang di air laut yang jernih. Pemandangan yang indah.

Setelah makan siang, tujuan kuliner yang wajib adalah Rujak Natsepa. Salah satu pondok penjual kami singgahi, dan ternyata, pondok Mama Yetti adalah pondok rujak yang Papa saya sering singgahi sewaktu Ia bertugas di Ambon... kebetulan yang luar biasa. Sambil bervideo call, Mama Yetti mengenali Papa saya, terutama topinya yang khas ^^... WOW lagi. Ambon benar-benar cerita yang menarik.



Rujak Natsepa hanya bisa saya bungkus karena saya harus mengejar penerbangan kembali ke Makassar. Tim yang lain masih akan tinggal hingga hari Senin, namun karena tugas dan pekerjaan, saya harus kembali di minggu sore tersebut.

Terima kasih banyak Ambon, untuk tempat yang indah, sejarah yang memberi banyak pelajaran, makanan yang enak, penduduk ramah dan teman-teman yang luar biasa.

Sampai bertemu kembali....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar