REFLEKSI PENGALAMAN JAMBORE
NASIONAL SEKAMI 2018
PONTIANAK, 3 – 6 JULI 2018
KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK
(Part 1)
Refleksi :
Awalnya kegiatan ini tidak menjadi pilihan
bagi saya pribadi untuk mengikutinya karena ada beberapa pertimbangan. Tetapi
gaung promosi kegiatan yang digemakan melalui Media Sosial dan info yang
diperoleh dari Web Biro Nasional KKI menghapus banyak keraguan saya dan
akhirnya saya pun memutuskan mendaftar untuk mengikuti kegiatan ini.
Banyak persiapan yang perlu
dilakukan untuk mengikuti kegiatan ini, tidak hanya perlengkapan fisik, tetapi
juga kesiapan mental dan keteguhan hati. Berdasarkan info yang diperoleh dari
buku panduan, semua peserta nantinya akan tinggal dalam sebuah keluarga kecil,
yang anggotanya berasal dari berbagai daerah dan keuskupan.
Model ini pastinya mengharuskan kita
sebagai peserta untuk siap menerima keadaan apapun yang terjadi di dalam
keluarga tersebut, siap untuk bersosialisasi dengan siapa saja, dan siap untuk
terpisah dari rombongan keuskupan sendiri. Belajar mandiri dan mengurus diri
sendiri terkadang merupakan tantangan yang besar bagi sebagian orang, apalagi
bagi sebagian besar anak-anak remaja saat ini.
Sebelum berangkat menuju Pontianak,
kontingan KAMS diberi pembekalan teknis dan melakukan persiapan-persiapan
bersama, seperti : persiapan perlengkapan kontingen, persiapan stand pameran
KKI KAMS, latihan untuk pertunjukan pentas seni dan perkenalan antar sesama
kontingen. Seluruh peserta telah diberikan pembekalan agar sesampainya di
Pontianak harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada Panitia Lokal dan mengikuti
semua arahan di dalam keluarga tempat tinggal masing-masing.
Selasa, 3
Juli 2018
Kontingen KAMS yang terdiri dari 1
Dirdios KKI, 1 Suster JMJ sebagai Pendamping Rohani, 8 Animator, dan 10 Sekami
Remaja, berangkat ke Pontianak pada Selasa, 3 Juni 2018. Perjalanan berjalan
dengan aman dan baik. Setibanya di Pontianak, kontingen disambut oleh Panitia
lokal dengan sangat baik dan ramah. Setelah mengambil bagasi, kontingen
kemudian diantar menuju bus yang telah menunggu di parkiran bandara dan
masing-masing anggota kontingen mendapatkan snack. Snack yang dibagikan terdiri
dari 1 botol air mineral, 1 minuman kotak (jus atau teh kotak) dan 1 roti.
Perjalanan dari Bandara menuju
lokasi acara ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit. Sesampainya di lokasi
acara, kontingen diarahkan oleh panita menuju gerbang utama. Barang-barang
diangkut oleh panitia dan kami diarahkan untuk berbaris di depan gerbang utama
untuk mengikuti upacara penyambutan. Kontingen KAMS disambut dengan sangat
ramah oleh Tim Penyambutan dan Ketua Panita. Dirdios KKI KAMS menerima kain
tenun sebagai simbol penyambutan dan saya menerima secara simbolis gelang kain
JAMNAS yang nantinya akan saya bagikan kepada rekan-rekan kontingen yang
lainnya.
Setelah penyerahan kain tenun dan
gelang JAMNAS, kami menyerukan yel-yel khas Keuskupan sambil memasuki area
acara. Di sepanjang jalan masuk telah berdiri anak-anak Sekami dari Keuskupan
Agung Pontianak bersama para Biarawan/Biarawati yang menyambut kontingen kami
seperti Pagar Ayu yang selalu tersenyum dan menyambut ramah. Mereka menyalami kami satu-per satu hingga kontingen
kami sampai pada meja registrasi untuk menerima pemberitahuan mengenai
pembagian keluarga.
Setiap anggota kontingen menerima
sebuah tas kain berwarna sesuai dengan kampung masing-masing yang berisi : 1
buku kerja kuning, 1 botol air minum, 1 paket snack, 1 helai scraf, 1 buah ID
Card dan 1 buah baju kaus JAMNAS. Isi dari tas inilah yang akan menemani
perjalanan kontingen selama 3 hari ke depan. Setelah proses registrasi selesai,
semua peserta diarahkan menuju kampung masing-masing oleh para Angels (Panitia Pendamping
di setiap keluarga). Pembagian kampung mengikuti pembagian warna sebagai
berikut : Kuning untuk Kampung Betlehem, Hijau untuk Kampung Galilea dan Biru
untuk Kampung Nazaret. Di sinilah semua anggota kontingen KAMS berpisah menuju
kampung dan keluarga masing-masing.
Saya sendiri diarahkan oleh seorang
Angels (Kak Margareta Dini) menuju Kampung Betlehem, Keluarga 24 – Sto Yakobus
Rasul, di Lantai 2 gedung SD Bruder untuk menyimpan barang-barang. Saya
memasuki ruang kelas dan mulai melihat beberapa anggota keluarga yang sedang
bersiap-siap untuk berkumpul. Setelah menyimpan barang di salah satu sudut
kelas, saya turun kembali ke halaman sekolah di lantai 1 untuk menerima
pengarahan. Pada saat pengarahan kami diberikan 1 buah buku panduan berwana
hijau yang berisi informasi seputar JAMNAS dan lokasinya. Setelah pengarahan
singkat, kami kembali diarahkan menuju ruang keluarga kami di lantai 2 untuk
santap siang.
Sambil menunggu santap siang, saya
mulai berkenalan dengan seorang adik sekami yang duduk di sebelah kanan saya,
Susana Berje dari Keuskupan Agats. Dan tidak lama kemudian ketika waktu santap
siang telah tiba, Suster pendamping rohani meminta saya untuk memimpin doa
makan. Setelah doa makan, kami mendengarkan 7 permenungan sebelum makan dan
kemudian makanan dibagikan lalu kami makan dengan hening selama 5 menit.
Setelah makan, kami berdoa bersama dan bersiap-siap untuk mandi dan mengikuti
upacara pembukaan. Pada saat ini semua alat komunikasi/HP dikumpulkan kepada
Angels dan Pendamping Rohani. Kami tidak bisa lagi saling berhubungan antar
kontingen dan juga menghubungi keluarga masing-masing. Kini kami harus fokus
dan betul-betul bersama dalam keluarga kami yang baru, keluarga Sto. Yakobus
Rasul. Dalam keluarga ini saya sangat bersyukur karena saya bertemu kembali
dengan salah satu Pendamping Sekami dari Amboina yang telah akrab dengan saya,
yaitu Kak Maria M. Renyaan (Kak Mery). Suasana menjadi lebih terasa nyaman dan
menenangkan hati karena ada seseorang yang telah saya kenal sebelumnya. Maka
dengan bantuan Kak Mery pula, saya bisa lebih kenal dengan para anggota
keluarga yang lain karena Kak Mery telah tiba di sana 1 hari sebelum saya.
Saya dan 2 orang dari kontingen KAMS
yang tinggal di dalam kampung Betlehem berkumpul untuk mempersiapkan diri
mengikuti acara pembukaan. Kontingen KAMS diwakili oleh 2 orang anak Sekami
yang akan memakai Baju adat khas Sulawesi Selatan yaitu Baju Bodo dan akan
membawa vandel KKI KAMS pada perarakan misa Pembukaan. Sedangkan kontingen yang
lainnya akan mengenakan baju adat atau baju yang bernuansa khas budaya/mewakili
wajah KAMS.
Dalam acara pembukaan, kami duduk
bersama keluarga masing-masing, dan saya melihat bahwa dalam satu keluarga pun
sudah begitu banyak keanekaragaman budaya Indonesia. Ketika semua peserta
berkumpul di sekitar panggung utama, aura Kebhinekaan Indonesia sangat terasa.
Meski panas matahari sore masih menyengat, tetapi tidak menghalangi semangat
yang ada. Menyaksikan keanekaragaman budaya, tarian lagu dan semangat dari
setiap peserta, tidak akan tergantikan.
Setelah acara pembukaan di sekitar
panggung utama, kami diarahkan menuju Gereja Katedral untuk mengikuti misa
pembukaan. Gereja Katedral ini mampu menampung semua peserta yang hadir bersama
pada para panitia dan tamu undangan. Jumlah peserta ada di kisaran 1500 orang,
belum termasuk panitia dan undangan. Sungguh sangat megah dan khidmat suasana
di dalam Gereja Katedral tersebut. Dengan iringan musik bernuansa dayak dan
tarian penyambutan, para Pastor yang berjumlah sekitar 70-an orang dan 5 Bapa
Uskup memasuki ruang Gereja dan memimpin misa pembukaan yang berlangsung sangat
meriah. Gema alunan lagu theme song JAMNAS di akhir misa sungguh sangat
mengobarkan semangat dan meyakinkan hati untuk mengikuti acara JAMNAS ini
dengan sungguh-sungguh.
Kami kemudian kembali ke panggung
utama untuk santap malam bersama dan diberikan pengantar umum dan pengarahan
dari Panitia. Setelah itu kembali ke ruang keluarga dan bersiap untuk
beristirahat malam. Saat beristirahat malam, 2 keluarga bergabung menjadi satu
agar 1 ruangan hanya berisi peserta perempuan dan 1 ruangan lainnya hanya
berisi peserta laki-laki. Pengaturan ini hanya berlaku pada saat istirahat
malam.
###
Bersambung ke Part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar